Rumah Abu Naufal

home sweet home.... baiti jannati...... rumahku istanaku...,karena berawal dari rumahlah kebahagian rumah tangga itu dibangun!

Thursday, August 17, 2006

Benarkah kita sudah merdeka?

Hari ini 61 th yang lalu bangsa indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,dan setiap tahun rakyat indonesia merayakannya,berbagai kegiatan dan perlombaan digelar mulai dari balap karung, makan krupuk ,gaple,panjat pinang dll sampai acara hura2 seperti malam gembira,dangdutan.Walaupun ada juga sebagian masyarakat yang lebih memilih untuk memperingatinya dengan kegiatan yang lebih positif seperti pertandingan olah raga, dzikir bersama dll.
Di Kuwait mungkin peringatan 17an tidak semeriah seperti di Indonesia.Apa mungkin karena komunitas masyarakat indonesia yang sedikit atau mereka yang tidak terlalu peduli lagi akan makna kemerde,apakah kita "benar2 sudah merdeka"?
Merdeka atau dalam bahasa inggrisnya independence, bisa diartikan bebas,lepas dari penjajah,madiri,tidak tergantung orang lain.Untuk makna yang pertama mungkin benar kita sudah bebas dalam arti bebas dari penjajahan bangsa lain, tapi untuk arti yang kedua apakan bangsa kita sudah mandiri?? hemm ... saya rasa kita masih banyak bergantung kepada bangsa lain,negara kita kaya,punya sumber daya alam yang melimpah tapi kita tidak mampu mengolah hasil kekayaan sendiri.Negara kita besar tapi dalam mengambil keputusan politik sering kali masih ada intervensi dari pihak asing.
O ya bagaimana perasaan jutaan rakyat indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan apakan mereka sudah merasa merdeka di negeri mereka sendiri???untuk kita yang bekerja di kuwait mungkin tidak terbayang dengan kehidupan mereka nun jauh disana tapi paling tidak sewaktu kita cuti kita bisa melihat danmerasakan penderitaan mereka.Di perempatan jalan masih banyak pengemis yang meminta belas kasihan. di pingir kali masih banyak rumah2 kumur yang sebenarnya tidak layak untuk dihuni.
Sekarang kita bandingkan dengan negara kuwait,... ya memang kondisi dan kekayaan alamnya berbeda,kuwait negara kecil yang kaya minyak ,tapi meskipun masih terasa ada intervensi asing proteksi mereka terhadap warga negaranya sendiri sangat tinggi,sehingga mereka bisa menjadi tuan di negerinynya sendiri,walaupun ada juga sih dampak sosialnya, mereka jadi sedikit sombong, sebagian ada yang merendahkan warga pendatang atau ekspatriat,mereka merasa sebagai orang yang harus di utamakan /didahulukan dalam segala hal.
Salah satu contoh kecil ketika kita di bandara,di kuwait warga negaranya yang diutamakan dulu tapi sebaliknya di indonesia justru warga asinglah yang lebih dihormati.Mereka juga tidak memikirkaan biaya sekolah,semua gratis, kesehatan juga ditanggung bahkan untuk berobat ke luaar negripun ditanggung.
Sedangkan di indonesia biaya hidup makin tinggi, biaya kesehatan juga mahal ,biaya pendidikan apalagi,padahal bagaimana bangsa ini mau maju kalo mau sekolah tapi tidak bisa karena tidak punya biaya. Belum lagi utang negara yang makin menumpuk,ditambah lagi korupsi yang sudah mendarah daging, sehingga susah sekali untuk diberantas. jadi pantaskan kita sudah disebut merdeka???
Satuhal yang mungkin kita sudah bisa dikatakan merdeka, yaitu kebebasan berpendapat tapi lagi2 ini disalah artikan sehingga menjadi kebebasan yang kebablasan.orang bebas mencaci orang,dimana2 demo, bebas mendirikan partai apa saja membuat aliran2 agama baru.yang lebih miris lagi adalah kebebasan pers,mereka yang mempublikasikan gambar gambar seronok beralasan bahwa itu adalah seni dan kebebasab berekspresi. Apakah ini yang dimaksud dg kemerdekaan???

selengkapnya...

Sunday, August 13, 2006

Investasi,apa perlu?

Sebagian orang merasa tidak perlu untuk berinvestasi karena merasa dirinya sudah berkecukupan dengan penghasilan yang selama ini diterimanya. Selama memiliki penghasilan rutin, itu sudah cukup. Uang toh tidak bisa dibawa mati, nikmati saja selagi hidup. Setiap bulannya, ia mendapatkan penghasilan untuk kemudian dihabiskan, dan menunggu saat gajian lagi untuk kemudian dihabiskan kembali. Begitu seterusnya, uang mengalir melalui tangannya tanpa ada yang tersisa untuk diinvestasikan.
Betulkah Anda tidak memerlukan investasi? Simak poin-poin di bawah ini:

Fisik tak selamanya sehat dan kuat
Ini sudah pasti. Tak selamanya Anda bisa mengandalkan fisik untuk mencari nafkah.
Bagi Anda yang sudah terbiasa mendapatkan penghasilan dengan cara bekerja mengandalkan fisik, sebagai karyawan misalnya, tentunya Anda sudah merasakan betapa Anda sangat tergantung sekali pada kesehatan fisik Anda. Begitu Anda sakit dan tidak dapat bekerja, otomatis penghasilan pun berkurang. Gaji pokok mungkin masih utuh, tapi Anda bisa kehilangan premi kehadiran. Belum lagi kalau biaya pengobatannya harus ditanggung sendiri. Sudah penghasilan berkurang, harus keluar uang tambahan untuk berobat pula. Apalagi kalau Anda bekerja sendiri, sebagai penjahit misalnya, bisa-bisa Anda kehilangan penghasilan sama sekali di kala sakit.

Walaupun Anda sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang serius, namun tetap saja faktor fisik bisa menjadi masalah nantinya. Sesehat apapun fisik Anda, usia pensiun tetap akan membatasi diri dari bekerja. Usia pensiun sudah jelas menjadi kendala permanen untuk bisa bekerja. Walaupun masih kuat dan ingin terus bekerja, namun biasanya perusahaan tidak akan mengizinkan Anda untuk bekerja lebih lama lagi.

Alhasil, gaji pun berhenti. Padahal, kewajiban memberi nafkah bisa jadi belumlah usai. Maka hanya mengandalkan fisik untuk mencari nafkah tidak bisa dilakukan selamanya. Ada saatnya dimana Anda memerlukan sumber nafkah yang tidak tergantung lagi pada kesehatan fisik atau umur.

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah. Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat; kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. [QS. 30 Ar Rum : 54]

Harga-harga terus naik
Sebagai negara berkembang, inflasi (kenaikan harga) di Indonesia cukup tinggi kalau dibandingkan dengan negara maju. Setiap tahunnya, rata-rata kenaikan harga 10% bisa dibilang cukup normal. Untuk mengantisipasinya, penghasilan masyarakat juga seharusnya bisa naik setidaknya sama seperti kenaikan harga barang, kalau memang tidak bisa lebih tinggi. Bagaimana dengan penghasilan Anda? Apakah mengalami kenaikan setiap tahunnya? Dan apakah kenaikannya bisa mengejar inflasi?

Karena kalau tidak, Anda termasuk orang yang merugi. Dengan jumlah rupiah yang sama, Anda akan mengalami penurunan daya beli. Beras yang tadinya bisa dibeli dengan harga cukup murah, sekarang harus dibayar dengan harga yang lebih tinggi. Itu di saat normal, bagaimana dengan kejadian luar biasa seperti krisis moneter? Krismon mengakibatkan kenaikan yang luar biasa terhadap harga barang-barang kebutuhan pokok, apalagi yang diimpor.
Kebijakan perekonomian negara sepertinya juga tidak membawa keuntungan untuk rakyat. Kenaikan harga BBM, listrik dan telepon sepertinya saling berkejaran. Ini tentu saja mengakibatkan harga-harga lain ikutan naik tak mau ketinggalan.
Tapi sayangnya, yang berlomba untuk naik hanyalah harga-harga yang harus kita bayarkan. Sedangkan gaji dan penghasilan yang kita terima, sepertinya diam di tempat tak mau beranjak. Walaupun ada kenaikan, tapi tetap tak mampu mengejar kenaikan harga yang terus melonjak. Akibatnya, daya beli semakin merosot lagi. Lagi-lagi, kita menjadi orang yang merugi. Karena ternyata hari ini justru lebih buruk dari kemarin.

Tentu saja untuk menyelesaikannya dibutuhkan alternatif sumber pendapatan lain selain dari gaji bulanan saja. Dibutuhkan sumber pendapatan yang bisa mengimbangi kenaikan harga. Malah kalau bisa, mengejar kenaikan harga. Sehingga bisa menjadi orang yang beruntung. Yang hari esoknya lebih baik daripada hari ini. Dan berinvestasi bisa menjadi solusi untuk hal ini.

Dana Cadangan
Terkadang, tidak semua hal berjalan sesuai dengan rencana. Walau rencana sudah disusun matang, namun nampaknya ada saja penghalang yang tak terelakkan. Dan ini tentu saja bisa membawa akibat secara keuangan. Misalnya, jika terjadi kebutuhan mendadak karena sakit atau kecelakaan.
Takdir tak bisa diketahui sebelum memang terjadi. Musibah tak bisa ditolak karena sudah menjadi kehendak yang Maha Berkehendak. Yang bisa kita lakukan hanya mengantisipasinya, agar ketika terjadi sesuatu, kita sudah siap menghadapinya. Semuanya memang tidak kita harapkan, tapi bukankah akan lebih baik jika kita persiapkan. Maka menyimpan uang dalam bentuk investasi bisa jadi adalah pilihan yang baik sebagai Dana Cadangan. Jadi, kenapa tidak sedia payung sebelum hujan.
Allah akan memberikan rahmah kepada seseorang yang berusaha secara halal, membelanjakan secara dengan sederhana dan dapat menabung (menyisihkan kelebihan) untuk menghadapi hari fakirnya dan membutuhkannya[HR. Muttafaqun ‘Alaihi]

Hak Generasi Mendatang
Anak keturunan adalah penenang hati kedua orangtuanya. Tatkala penat pulang bekerja bisa dihapus seketika begitu mendengar tawa anak. Kegembiraan anak adalah kegembiraan orangtuanya. Kesedihan anak adalah kesedihan orangtuanya pula. Maka orang tua yang baik akan melakukan apapun untuk membahagiakan anaknya. Membekalinya dengan iman, ilmu dan harta yang baik. Agar bisa meneruskan tugas suci sebagai khalifah di atas bumi.

Bekalan harta memang bukan hal utama yang harus Anda siapkan untuk masa depan mereka. Namun Islam mengajarkan agar kita tidak meninggalkan keturunan kita dalam kondisi lemah sehingga khawatir dengan kesejahteraan mereka nantinya.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.[QS.4 An-Nisa : 9]
Seorang muslim bahkan dianjurkan untuk meninggalkan keturunannya dalam keadaan kaya agar mereka tidak perlu meminta-minta sepeninggal orang tuanya. Karena meminta-minta, sungguh, adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah.
Sesungguhnya, lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta. [HR. Muttafaqun ‘Alaihi]

selengkapnya...

Wednesday, August 09, 2006

Sehari tanpa TV


Kidia –sebuah yayasan yang memiliki kekhawatiran akan kualitas siaran televisi di Indonesia– mengadakan acara Hari Tanpa TV yang bertepatan dengan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2006.
Sehari tanpa TV dilakukan melalui aksi menyebarkan brosur, pamflet dan media publikasi lain berisi ajakan untuk tidak menyalakan TV, mengajak orang2 terdekat kita untuk mematikan TV, menciptakan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan. Para peserta diminta untuk merasakan keterikatan dengan kehidupan yang nyata.Dan dengan waktu yang mereka temukan kembali, mereka dapat menikmati kegiatan membaca, mengobrol, bermain, mendaki, bercengkrama atau sejumlah aktivitas lain.


Menurut saya ada beberapa masalah yang berhubungan dengan televisi di Indonesia:

* Anak-anak menonton terlalu banyak televisi. Anak-anak Amerika Serikat rata-rata menonton televisi selama 25 jam dalam satu minggu. Mereka berpendapat bahwa 25 jam itu terlalu banyak. Sedangkan anak-anak di Jakarta rata-rata menghabiskan waktunya di dean televisi selama 30-35 jam!
* Kualitas acara yang buruk, atau acara berkualitas disiarkan pada waktu sepi, sedangkan acara sampah disiarkan pada prime time.
* Tidak ada saluran khusus anak atau ilmu pengetahuan. Semuanya menyiarkan acara yang menguntungkan mereka. Salah satu saluran yang terburuk ironisnya bernama Televisi ‘Pendidikan’ Indonesia.
* Orang tua yang membiarkan anaknya menonton acara televisi tanpa ditemani. Atau lebih buruk lagi, membiarkan anaknya menonton acara televisi untuk dewasa. Ini yang merepotkan karena mereka ini juga secara tidak langsung mempengaruhi anak-anak kita.

Bagi kebanyakan keluarga mungkin agak sulit untuk tidak memiliki televisi sama sekali. Tanpa televisi, si anak mungkin akan terkucilkan dalam pergaulan, karena semua temannya menonton televisi. Tetapi di sisi lain, terlalu banyak orang tua yang membebaskan anak untuk berlama-lama menonton televisi tanpa panduan mana acara yang dapat ditonton dan mana yang tidak. Rasanya tidak perlu sungkan-sungkan untuk menegur orang tua teman anak kita jika mereka tidak melakukan kontrol atas konsumsi acara televisi dan hiburan lainnya.

Sebagian dari masalah tersebut bisa diatasi dengan televisi satelit. Pertama, kita mendapatkan saluran khusus iptek seperti National Geographic, Animal Planet dan Discovery Channel. Kedua, walaupun tidak semua acara dalam saluran-saluran tersebut cocok untuk semua umur, televisi satelit menyediakan fasilitas pemblokiran acara berdasarkan kelas penonton. Tentunya lebih baik lagi jika orang tua tidak hanya mengandalkan fasilitas ini. Sayangnya, saluran-saluran khusus iptek tersebut hanya tersedia dalam Bahasa Inggris (atau ini merupakan kelebihan?).

selengkapnya...

Selamat tinggal televisi

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat tertegun oleh berita seorang bocah berusia lima tahun di Bekasi yang memukuli neneknya sampai tewas dengan tongkat. Komentar bocah ini sungguh mengejutkan,”Nenek aku pukul pakai tongkat karena tidur terus. Dia berdarah seperti bom Kuningan.” Mungkin si bocah pernah melihat korban berdarah-darah akibat bum di Kuningan.

Lain lagi di India. Tiga anak tewas karena bermain hukuman gantung. Kejadian ini tidak jauh berselang setelah televisi India gencar menayangkan prosesi hukuman gantung seseorang yang bersalah membunuh anak berusia 14 tahun. Dan anak-anak itu menirunya.


Sebagai seorang ayah dari dua anak, saya mungkin tak dianggap golongan modern lantaran belakangan ini memutuskan untuk tidak memiliki televisi. Ya, televisi. Sebuah benda elektronik yang bisa menampilkan berbagai adegan. Mulai tangisan, pertengkaran, pembunuhan, pemerkosaan sampai makhluk ghaib. Bahkan film anak tidak luput dari kombinasi adegan tersebut yang terus disiarkan dari dini hari sampai tengah malam. Mau tak mau, aneka adegan itu terekam kuat dalam ingatan.

Saya memutuskan hal ini karena berbagai pengalaman dengan anak-anak saya. Salah satunya karena sulit sekali mengajarkan kata-kata santun pada mereka, sementara tiap hari mereka menonton televisi. Seperti pengalaman saya dengan kedua anak saya.

Suatu hari si sulung berkata, “Dasar bodoh!” Adiknya menyahut, “Kubalas kau!” Wah, sambil terheran-heran saya mendekati mereka. Saya rangkul mereka dan bertanya, “Sayang, kata-kata tadi kalian dapat dari mana? Rasanya Bapak tidak pernah mengajarkannya?”. Mereka diam saja. Karena tak dapat jawaban, saya cuma minta mereka tak mengulangi kata-kata semacam itu lagi.

Rasa penasaran itu akhirnya menemukan jawabannya. Ketika saya menemani mereka menonton film kartun, saya melihat dan mendengar film itu penuh dengan kata sumpah serapah. Ceritanya memang tentang ajang balap mobil, tapi adegan saling memusuhi dan menjatuhkan mendominasi film tersebut. Kata-katanya persis seperti yang diucapkan si sulung dan adiknya. Rupanya, mereka terimbas prilaku sang jagoan yang beraksi di televisi.

Sungguh, saya rindu pada media yang memberikan porsi terbesar pada ketauladanan, ilmu pengetahuan, berita-berita dan acara yang memotivasi diri untuk berbuat baik. Singkatnya, media yang ramah pada anak-anak. Media yang lebih bermutu, lebih sehat, santun, dan dapat membantu orang tua memberikan pendidikan terbaiknya.

Jika yang dicontohkan media, dalam hal ini televisi, adalah prilaku buruk, maka tak salah jika hasil penelitian menyimpulkan, Televisi lebih banyak menimbulkan dampak buruk bagi anak-anak. Selagi hasil penelitian itu belum berubah, saya memilih mengucapkan, “Selamat tinggal televisi!”.Bagaimana menurut anda?

Oleh : Rachmad Aziz Mucharom, Ir.MM
*karyawan telkom CISC

selengkapnya...

Tuesday, August 08, 2006

Home sweet home

Udara yang panas dan lembab mulai menyengat kulit saat turun dari emirate airlines .tak terasa padahal 18 jam yll aku masih dikuwait,rasa capek segera hilang setelah menginjakkan kaki di bandara sukarno hatta. terbayang wajah orang2 yang kucintai sudah menunggu diluar sana, tapi duhh barang bagasinya kok lama banget keluarnya?ternyata mereka juga sudah tak sabar u segera bertemu.

alhamdulillah barangnya akhirnya kluar juga,dan ga ada masalah di pintu keluar.kangen, senang,terharu ga bisa digambarkan saat bertemu anak2 dan uminya. naufal masih biasa aja, seperti waktu pulang cuti yll, tapi balqis ko jd pangling,sekarang tinggi dan banyak omong.kalo uminya sih.. hemm jangan ditulis disini deh.
spanjang perjalanan k rumah naufal ngga henti2nya cerita.katanya ada surprise di rumah. sampe ngga sabar pen tau surprise nya.
Akhirnya nyampe rumah jg, ternyata sampe rumah sudah ada kue ulang tahun, aku baru ngeh kl hari itu 31 tahun yll aku lahir.naufal ngasi hadiah jam dinding bergambar mereka bertiga, sedang adek balqis ngasih mug bergambar naufal daan balqis. hadiah dari uminya... hem secretlah yang jelas special lah. Bahagia sekali rasanya saat itu berkumpul bersama keluarga.really... i feel that time "home sweet home". Alhamdulillah, terimakasih ya Allah atas karunia nikmatmu.

selengkapnya...

Sehari di rumah abunaufal


Nggak susah nyari rumah abu naufal, dari stasiun bekasi naik becak cuma "5 ribu perak"! tinggal bilang taman kota insyaAllah dah pada tau. nyampe proyek belok kiri terus nyeberang rel trus lurus ... ga jauh dari rel sebelah kanan ada tugu kecil belok kanan, dari situ tidak jauh kok...yaaaa kira-kira 200M sampai deeh!."Pintu Gerbang Taman Kota" nah tinggal nyari block G1 No.35.ga jauh kok dari gerbang ituloooh yang kelihatan warna hijau ngejreng!yang milih cat uminya sih katanya biar gampang dicari.

di rumah itulah ummu naufal tinggal bersama dua buah hati tercintanya,naufal dan balqis. abu naufal sekarang masih kerja di kuwait sejak tahun 2000.ya alhamdulillah setelah kerja 3 tahun di kuwait bisa punya rumah sendiri.rumah yang sederhana,meskipun kecil tapi terasa luas lho.he he.
kami nikah 7 tahun yll,... wow dah lama juga ya.waktu itu kami masih tinggal di"pondok mertua indah"disitulah kami merasakan pentingnya rumah sendiri,karena di dalam rumah itulah kebahagian rumah tangga dibangun, pendidikaaan terhadap istri dan anak dibina tanpa intervensi orang lain,meski untuk mewujudkannya kami terpaksa harus berpisah utk sementara.
abu naufal berangkat ke kuwait 6 th yll, tepatnya 21 mei 2000.
alhamdulillah kami dah dikaruniai 2 anak,yang gede Naufal,6 th sekarang sudah masuk SD dan si kecil imut Balqis,2,5th masih lucu lucunya.
ya.. sedih memang harus tinggal berjauhan, tapi demi masa depan ,kami rasa ini jalan yang terbaik. buat orang2 yang kucintai. sabar ya...... sebentar lagi ayah pulang kok .

selengkapnya...